Setidaknya 33 orang tewas akibat banjir di Beijing setelah Topan
Doksuri menghantam Tiongkok utara. 18 orang lainnya dilaporkan hilang. Ini
adalah banjir terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Curah hujan mencapai
rekor tertinggi.
Pihak berwenang telah
menyatakan tingkat siaga merah. Hujan menyebabkan gempa bumi dan menghanyutkan
mobil-mobil di pinggiran kota. Hujan deras sejak akhir pekan memaksa
Beijing menutup tempat wisata.
Namun dampak terparah dirasakan di pinggiran kota, dimana hujan
menutupi sungai. Orang-orang mengunggah video di media sosial yang menunjukkan
mobil itu mengambang di atas air. Begitu pula dengan warga sekitar yang
berkeliaran di jalanan dengan sampah dan mobil yang kebanjiran.
Ratusan ribu rumah rusak. Lebih dari 15.000 hektar lahan pertanian
terkena dampak banjir. Pemulihan dari kerusakan akibat banjir bisa memakan
waktu hingga tiga tahun.
Badan-badan layanan darurat di ibu kota Tiongkok dan
provinsi-provinsi utara sekitarnya telah memperingatkan penduduk akan bahaya
yang masih ada.
Pihak berwenang mendesak
orang-orang di daerah yang paling terkena dampak untuk tinggal di rumah. Hujan
ini dibedakan berdasarkan jumlah curah hujan dan durasinya yang signifikan.
Menurut ahli meteorologi Tiongkok, hujan lebat disebabkan oleh
massa udara lembab yang bergerak ke utara setelah badai baru-baru ini.
Beijing memiliki 22 juta
penduduk. Perluasan kota telah mengurangi daerah aliran sungai alami,
menyebabkan air membanjiri jalan-jalan. Pada tahun 2021, lebih dari 300 orang
meninggal akibat banjir di Zhengzhou.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar